Rabu, 09 Juni 2010

Kota Iblis dan Pintu Neraka

Orang – orang setempat menyebutnya Moguicheng yang artinya kota Iblis. Moguicheng, yang merupakan padang pasir terletak di provinsi Xinjian Cina. Daerah ini merupakan daerah yang terbengkalai, tak ada satupun orang yang tinggal disini. Walaupun disini terdapat kastil – kastil.

Disebut kota iblis karena kota ini menyimpan misteri. Jika kita berjalan pada hari yang cerah kearah kastil – kastil ditemani tiupan angin sepoi, maka kita akan mendengar alunan melodi yang menyerupai dentingan bel ataupun dawai – dawai gitar yang dipetik dengan lembut. Namun ketika badai datang, pasir beterbangan kelangit dan seketika langit menjadi gelap, alunan melodi itu akan berubah menjadi suara auman harimau, jerit tangis bayi, suara hewan yang sedang disembelih, jeritan wanita sekarat dan pada akhirnya semua akan berubah menjadi suara teriakan, tangis, dan kemarahan.tinggal disini. Walaupun disini terdapat kastil – kastil.


Pintu Neraka ini ditutup rapat – rapat bagi manusia. “Pintu” ini terletak dipegunungan Kunlun Cina. Di pintu neraka ini terdapat Lembah Kematian. Disini banyak ditemukan sisa – sisa rambut hewan, tulang belulang, kerangka serigala, kerangka beruang, kerangka manusia, dan beberapa kuburan.

Badan Geologi dan Sumber daya Mineral Xinjian mencatat sebuah kejadian pada tahun 1983, ketika sekawanan ternak kuda yang tengah merumput hilang di pintu neraka ini. Si pemilik kemudian mencari ternaknya dan masuk ke daerah terlarang ini. Setelah beberapa hari kawanan kuda ini ditemukan dikaki bukit pegunungan Kunlun sementara si pemilik hilang. Beberapa waktu kemudian si pemilik kuda ditemukan tergeletak tak bernyawa dibukit kecil dengan baju yang robek, tak beralas kaki, mata membelalak menyiratkan kemarahan, satu tangannya menggenggam senapan yang menandakan bahwa dia melawan “sesuatu” sebelum ajalnya tiba. Yang membuat heran, sama sekali tak ada bekas luka ditubuhnya. Kematiannya masih menyimpan misteri yang tersimpan dalam – dalam di pintu neraka.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar